Percikan ombak yang mengenai wajahku, dinginnya angin malam
yang meniup rambutku dan asap rokok yang keluar dari mulutku yang perlahan
menghilang. Aku hanya bisa duduk terdiam disini. Pikiranku kosong,dan jiwaku lega.
Tiba-tiba aku teringat peristiwa yang sudah aku alami.
***
Kelana Atmodjati, seorang laki-laki yang sampai sekarang aku
tidak paham isi hatinya. Yang jelas aku pernah jatuh cinta padanya. Sayangnya,
aku tidak pernah tau apakah dia mencintaiku atau tidak.
Sudah agak lama kami berhubungan melalui dunia maya. Saat
itu aku masih sedikit cuek ketika dia mengajak berkomunikasi. Sampai suatu ketika aku dan dia bertemu di sebuah
café. Kami ngobrol banyak, walaupun sebenarnya dia lebih dominan dalam
pembicaraan ini.
Setelah pertemuan
ini, kami sempat lost contact beberapa hari. Lalu dia kembali menghubungiku
untuk bertemu di cafe tempat kami pertama bertemu. Seperti biasa, kami
menghabiskan waktu hanya untuk mengobrol diselingi candaan dari dia. Kelana
memang humoris dan aku mulai menyukainya. Tapi tidak jarang dia juga suka
membuatku kesal karena kejahilannya. Sering sekali kami menjadi pusat
perhatian di café karena kegaduhan kami.
Sejauh ini, yang kutangkap dari Kelana, dia cukup misterius
karena keberadaannya sulit untuk ditebak. Kadang dia muncul begitu saja, kadang
menghilang tanpa jejak. Akupun berusaha menahan diri untuk tidak mencarinya
saat dia menghilang karena gengsiku.
***
2 Bulan berlalu,
dia benar-benar menghilang. Selama itupun aku selalu memikirkan Kelana.
Aku sangat merindukan sosok Kelana. Yang aku lakukan saat itu hanya
menunggunya. Menunggu teleponnya.
Berselang beberapa minggu, kekasihku Malik, laki-laki yang sangat menyayangiku
dengan tulus yang kembali dari Rig. Dia bekerja di sebuah perusahaan Migas dan
meninggalkanku selama 3 bulan untuk bekerja. Aku menjemputnya di pelabuhan,
kulihat seorang laki-laki keluar dari keramaian dan berjalan ke arahku. Akupun
mendekat ke arahnya dan dia memelukku penuh kasih. “I miss you darling”,Ucap Malik.
Kehadiran Malik, paling tidak menghapus memoriku tentang
Kelana selama 2 minggu. Tapi ditengah kehangatanku dengan Malik, Kelana
megirimkanku pesan singkat.
“Gladys, kamu ada waktu hari ini?”
“Maaf aku engga bisa Klan. Aku lagi jalan sama cowok aku”
“Hmm…oke. Have fun ya J”
Saat ada Malik , aku merasa ada diatas angin, kujadikan
momen ini untuk “balas dendam” pada Kelana. Aku menjadi cuek pada Kelana, dan
begitu flat saat bekomunikasi via sms padanya. Saat Malik harus kembali
bekerja, aku merasa terhempas ke tanah. Aku mulai merindukan Kelana. Dan aku
menghubunginya.
***
“Klan, kita udah lama ngga ketemu”
“Gimana mau ketemu, kan ada pacar kamu, dys”
“Sekarang dia kerja. Naik Rig”
“Gimana kalo besok malam kita nonton?”
“OK”
***
Sebenarnya, aku menghubunginya sekaligus ingin mengetahui
reaksinya setelah tau kalau aku memiliki Malik. Aku sangat ingin melihat Kelana
cemburu. Tapi setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Kelana, aku
merasa dia tidak ada rasa cemburu sedikitpun.
Setelah nonton dan mengunjungi café biasa, Kelana mengajakku
ke rumahnya. Kali ini wajahnya terlihat serius. Akupun menurutinya. Sesampainya
di rumah Kelana, dia menarikku ke kamarnya dan menatapku begitu dalam.
Tiba-tiba dia mendekatkan wajahnya dan melumat bibirku. Kulihat dia memejamkan
matanya akupun juga memejamkan mataku dan menikmati momen ini. Tangannya mulai
bergerak membuka bajuku dan mendorongku ke atas ranjang. Aku begitu bodoh saat
itu…
***
Sinar matahari menyorot mataku dan memaksaku untuk bangun. Kulihat
Kelana masih tertidur disebelahku. Untunglah, permainan kami semalam tidak begitu
extrim. Aku menjelajahi isi kamarnya, mencari tahu apa yang dia sembunyikan
dibalik kemisteriusannya. Aku
melihat-lihat photo Kelana waktu SMA. Beberapa photo kulihat ada seorang gadis manis
yang berada di samping Kelana. Aku mulai berpikir mungkin dia adalah cinta
monyet Kelana. Aku tidak peduli dengan gadis itu, karena sekarang aku sudah
merasa memiliki Kelana.
Kejadian ini
terjadi berulang-ulang. Perlahan aku mulai terbiasa dengan hubungan yang
absurd ini. Relationshit ini kadang membingungkan….
Lama-kelamaan aku berpikir. Apakah selamanya aku menjalani
hubungan seperti ini ? Isapan rokok ke tiga semakin membuka pikiranku yang
kacau. Kelana, Aku mencintai dia karena nafsu. Paling tidak, kami sama-sama
mementingkan nafsu. Toh, sekalipun Kelana tidak pernah mengungkapkan
perasaannya padaku. Ini Semua omong kosong ! Ya ! Cinta bukan hanya
bertumpu pada isi underwear bukan ? apalagi aku tidak mendapat kepastian
dari Kelana.
Malik, aku mencintainya
karena dia sangat mencintaiku. Aku
yakin, hidup dengan orang yang mencintai kita akan lebih membahagiakan
ketimbang hidup dengan orang yang kita cintai J
Aku telah melakukan kesalahan besar dan mengkhianati Malik. Jika
Malik mengetahui kelakuanku, pasti dia marah. Sebagai manusia, aku memilih
jalan aman. Menghentikan semua ini dan kembali pada Malik 100%.
***
Malam yang berduet dengan gerimis, mempercepat langkahku
yang baru saja turun dari taksi di seberang rumah Kelana. Dia sudah berdiri
didepan pintu dengan senyum hangatnya sambil mengusap-usap rambutku yang
setengah basah. Dia merasa ganjil karena taksi yang tadi aku naiki masih berada
di seberang jalan.
“Jangan perhatikan taksi itu, Klan”
“Ada apa dys?”
“Aku Cuma sebentar disini. Klan, Aku mau hari ini jadi
pertemuan kita yang terakhir! Aku sudah lelah menjalani hubungan absurd ini
sama kamu. Please ngertiin aku.”
“Kenapa kamu tiba-tiba berubah gini dys?”
“Ya aku baru sadar aja kalo kita ini bodoh. Dan aku nggak
mau terus-terusan jadi bodoh. Udah, intinya we’re over.”
“Dys, aku ngga mau kita berakhir seperti ini. Tapi terus
terang aku masih ragu sama kamu”
“Aku ngerti. Mungkin aku punya kekurangan yang membuat kamu
ragu sama aku selama ini. Tapi inilah aku. Aku ngga bisa berubah seperti apa
yang kamu mau.”
Perlahan aku berbalik badan dan menghampiri taksi yang
menungguku. Kelana hanya diam membisu. Walaupun aku sedikit berharap dia akan
memanggil namaku untuk terakhir kalinya.Tapi apa yang aku harapkan dari Kelana
memang tidak pernah terjadi. Malam itu benar-benar saat terakhir aku bertemu
Kelana….
Tidak ada lagi ada sms dan panggilan di handphone ku. Dia
berhenti berkelana di hatiku, tapi mungkin dia akan mulai berkelana lagi. Ya,
dihati wanita lain. Seperti mendaki gunung, ketika menaklukkan satu gunung,
akan mencari gunung lain yang akan ditaklukkan. Begitupun Kelana…. Aku berusaha
memahami posisinya. Dia tidak menemukan kecocokan denganku. Dan aku harus
menerimanya. Karena jika dia memaksakan diri untuk bersamaku pasti cerita ini
akan semakin menyedihkan.
***
Suara nyaring dari kapal yang melintas membuyarkan
lamunanku. Aku tidak mengerti kenapa beberapa kapal suka membunyikan (mungkin
namanya klaskson) disaat yang tidak pas seperti ini. Huh..
Dan aku baru
sadar, Marlboro ku habis dan itu tandanya aku harus pergi dari tempat ini. Aku
beranjak pergi dengan senyum kecil, meninggalkan kepingan kenangan pahitku
disini. Aku harap kenangan ini larut terbawa ombak, menjauh dan lenyap tidak
mengikutiku sampai rumah…
Singapore,
November 2012-