Sumber : Internet |
Bagiku, titik dua apostrof adalah sebuah symbol yang
menggambarkan seseorang yang sangat tegar. Hati boleh hancur, tapi ekspresi
wajah tidak. Entah apa yang ada dipikiran orang ini, mungkin dia berpikir jika
dia mengeluarkan ekspresi yang frontal dan extrim hanya membuang-buang waktu
dan mempermalukan dirinya sendiri. Karena itu dia memilih “cukup dengan
meneteskan air mata lalu beranjak pergi”.
Pernah ada seorang teman, jika kuamati dia masuk dalam
golongan titik dua apostrof. Dia adalah wanita tangguh melebihi aku. Dewi
Pratiwi. Wanita manis dan cerdas,
sekaligus seorang secret admirer. Yang membuatku heran, ternyata Tuhan masih
menyisakan manusia seperti Dewi. Dia
sangat mencintai seni, mungkin karena itulah sifatnya lemah lembut. Walaupun
sedikit tidak nyambung, tapi aku merasa hobi dan sifat saling berhubungan.
Kami kuliah di universitas berbeda. Aku belajar tentang teknik mesin, dan Dewi, aku
tidak tahu pasti jurusannya. Yang jelas dia sering mendesain baju dan melukis.
Aku kurang mengerti seni. Hehe
Dewi bukan wanita yang mudah jatuh cinta, tapi intinya dia
menyukai seorang laki-laki yang kuliah 1 fakultas denganku. Entah sejak kapan
Dewi menyimpan perasaan kepada laki-laki ini. Aku baru mengetahuinya secara
tidak sengaja ketika aku masuk ke kamar Dewi dan melihat lukisan laki-laki yang
aku kenal dikamarnya. Lukisannya belum selesai, tapi aku bisa mengenali karena
lukisan Dewi memang inah dan terlihat real. Dengan tersipu malu, Dewi bercerita
bahwa Bimo adalah cinta pertamanya. Dewi sendiri tidak tahu alasan pasti
mengapa dia jatuh cinta pada sosok Bimo.
Selama ini Dewi
mencari tahu seluk-beluk Bimo. Dia tau segalanya tentang Bimo. Suatu ketika,
Dewi pernah memintaku untuk mendekatkan dia pada Bimo. Aku mengabulkan
keinginannya. Tapi aku tidak ingin membuat Dewi terlihat mengemis cinta Bimo. Akupun
mengeluarkan trik-trik ajaib dan berhasil mendekatkan mereka. Hahaha
Bimo pun jatuh cinta pada Dewi. Hubungan mereka sangat
harmonis. Tapi ini bukan akibat dari ulahku. Karena aku sama sekali tidak ingin
menjadi mak comblang. Karena dari awal sesuai permintaan Dewi, tugasku hanya
membuat mereka menjadi dekat dalam artian, mereka berkenalan secara tidak
sengaja. Ya, aku membuat perkenalan itu seakan-akan terjaid secara tidak
sengaja.
1-2 bulan, aku lihat hubungan mereka baik-baik saja. Namun
bulan ke 3,4,5 mulai terjadi pertengkaran kecil antara mereka. Disini kuamati,
justru saat pertengkaran terjadi karena sifat Bimo yang kekanak-kanakkan. Dan Dewi
lah yang selalu bersabar menghadapi Bimo. Aku tidak paham, mengapa Bimo yang
bersikap seperti ini? Yang kutahu dalam suatu hubungan, laki-laki lah yang
biasanya memiliki pemikiran lebih dewasa. Hingga suatu ketika, aku bermain kerumah
Dewi, melihat dia mendesain sebuah gaun yang cantik. Dia bilang padaku, “Hmm…kalau nanti hubunganku
dengan Bimo bisa berlanjut ke Altar pernikahan aku akan mengenakan gaun ini.
Bagaimana menurutmu?”
“kurang seksi nih gaunnya. Hahaha. Coba dibuat belahan
dadanya terbuka sedikit, dan bagian bawah dibuat menjuntai panjang 2 meter di
belakangnya”Jawabku sedikit ngaco tapi serius.
“Aku masih belum pede pakai gaun terbuka seperti itu.
Lagipula biarpun kamu bilang gaun ini kurang seksi, di mata Bimo aku selalu
terlihat seksi tau”Kata dewi
Ditengah-tengah candaaan aku dan Dewi, tiba-tiba Bimo
mengirimkan pesan singkat
“Dewi aku mau ketemu kamu. Penting. Tolong datang jam5 di
Central Park”
***
Keesokan harinya, Dewi datang ke rumahku.
“Bimo mengakhiri
hubungan kami”
“Serius wi? Kenapa?”
“Dia nggak bisa
melanjutkan hubungan denganku. Dia bilang aku terlalu baik buat dia”
Jawab Dewi sambil tersenyum kecil.
Aku sedikit
merasa bersalah karena bagaimanapun
juga, aku berperan dalam hubungan mereka yang kandas ini. Aku seharusnya
tidak semudah itu mendekatkan dewi dengan Bimo, teman 1 fakultasku yang tidak
kukenal baik.
Dewi, aku minta maaf ya.
Eh jangan minta maaf dong. Yang salah kan aku. Aku
udah cerita kalau aku tau betul tentang dia, tapi nyatanya aku tidak tahu sifat
aslinya. Hehe
Kulihat mata Dewi
berkaca-kaca dan aku memeluknya.
Dewi, yang sabar
ya. Aku yakin kamu akan menemukan seseorang yang jauh lebih baik dari Bimo. Aku
ngga habis pikir kenapa sih Bimo brengsek banget ?!
Hush. Jangan
bilang gitu dong. Dia kan mantan terindahku juga. Mungkin dia masih mencari
jati diri, hmm…atau aku kurang seksi. Hahahaha. Aku ikut tertawa sejenak lalu
terdiam. Teringat percakapanku yang sedikit meledek gaun desainnya yang
kurang seksi.
6 Bulan berlalu….dan tiba-tiba Bimo membagikan undangan ke
kampus kami. Ternyata Bimo akan menikah dengan Naomi, seorang mahasiswi
Manajemen Bussiness. Dibandingkan Dewi yang manis dan sederhana, Naomi memang
lebih cantik dan seksi. Tapi yang kutahu dari kabar-kabar burung, dia agak
nakal. Aku baru sadar, Tuhan memang adil. Seorang badboy (menurutku) seperti
Bimo, jodohnya pasti bad juga. Dan yang membuatku sedikit jengkel, dia tidak mengundang
Dewi!
Jika ini terjadi padaku, mungkin aku akan bernyanayi pada
Bimo… “Just gonna stand there and watch me burn, that’s allright because I like
the way it hurts”
2 hari sebelum pernikahan Bimo, Dewi memintaku untuk menjadi
sopir pribadinya. Dia mengarahkan jalan ke rumah Naomi. Aku tidak tahu jika itu
rumah Naomi. Kulihat Dewi membawa kotak dengan pita pink, seperti kotak hadiah.
Aku sempat bertanya tentang kotak itu, tapi Dewi tidak memberikanku jawaban
yang memuaskan. “Sudah, lihat saja waktu hari H nanti ya”
Aku sama sekali tidak paham waktu itu.Aku memang sedikit
bodoh dan memilih diam saja.Sesampainya di sebuah rumah di komplek elite, Dewi
menyuruhku untuk tinggal didalam mobil. Aku meng iyakan saja karena aku juga
sedang sibuk BBM-an dengan teman-temanku.
***
Keesokannya, Secara mendadak Dewi pamit padaku. Dia pindah
kuliah di Lyon,Perancis. Aku sempat mengira bahwa Dewi becanda. Tapi ternyata
tidak. Semua ini terjadi begitu cepat. Banyak kejutan yang terjadi di bulan
ini. Aku menangis dan memeluk Dewi begitu erat. Aku merasa kehilangan seorang
teman baik.
***
Di Hari pernikahan Bimo dan Naomi, sejujurnya aku malas
menghadiri pesta pernikahan mereka. Tapi karena teman-teman kampusku memaksaku,
akhirnya aku datang.
Saat kedua mempelai mulai memasuki gereja, aku merasa ada
sesuatu yang ganjil. YA! Gaun itu! Aku mengenali bahan kainnya. Terbuat dari
dominasi kain brokat dan kain mengkilap yang tidak kuketahui jenisnya. Dibagian
atas didesain dengan belahan dada yang sedikit terlihat, Bagian bawah dengan
kain menjuntai yang panjang, sekitar 2 meter dibelakangnya. Pita pink di
belakang pinggangnya mengingatkanku pada pita yang ada di kotak hadiah milik
Dewi.
OMG…! Dewi. I don’t understand whats on your mind.
Sepanjang acara, aku memperhatikan keindahan gaun buatan
Dewi.
***
3 Tahun Berlalu, Aku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan
Dewi. Kami memiliki kesibukan masing-masing sekarang. Terakhir kudengar dia
menikah dengan seorang laki-laki di Belgia yang bekerja di Perancis. Lalu dia
pun pindah dari Perancis ke Belgia bersama suaminya, dan mengubah
kewarganegaraannya. Aku berharap suatu saat aku bisa bertemu Dewi, di Belgia…
Balikpapan, November 2012