Kamu, hanya tidak sadar disekitarmu masih ada orang yang sangat mencintaimu.
Pandanganmu, Pikiranmu, Perasaanmu hanya terutuju pada Kelana.
Kelana yang tidak sama dengan kita. Kelana yang bukan manusia. Kelana yang tidak pantas kamu cintai. Karena Kelana bukan manusia. Bukan juga Malaikat.
Ahh....Jareth. Aku sungguh mencintaimu. Dan aku tidak mencintai fisikmu, pun tidak mencintai tubuhmu.
Aku tidak punya kemauan untuk menidurimu. Tidak ingin melumat bibirmu dengan paksaan. Tidak ingin merobek G-String mu. Tidak ingin menjamahmu dengan brutal. Tidak ingin menerkammu dengan liar.
Aku bersumpah, aku tidak impoten. Aku tidak lemah syahwat. Hanya saja cintaku lebih besar dari nafsuku.
Aku hanya ingin kamu menemaniku duduk diatas rerumputan dibawah pohon ketapang. Bersandar di pundakku sepanjang senja menyapa.
Aku hanya ingin memelukmu hingga kamu tertidur dalam pelukanku, ditemani ciuman angin yang menerbangkan helai-helai rambutmu.
Aku hanya ingin mengiringi nyanyianmu dengan petikkan gitarku ditengah jalan raya yang sepi. Kalaupun ada mobil yang melaju dijalan ini, aku tidak peduli dan memilih untuk tidak beranjak selama ia menerjang kita berdua.
Aku hanya ingin kamu memegang lengan kiriku ketika aku menghadapi dunia aneh ini dan ujian Tuhan.
Hingga dahi kita berkerut membentuk garis-garis kehidupan yang bersejarah. Hingga rambut kita berubah warna. Hingga kulit kita menyusut terhisap oleh kenangan. Hingga ada sekumpulan anak-anak mungil yang memanggil kita grandma and granpa. Hingga gelak tawa kita kerap diwarnai oleh suara batuk yang durasinya lebih lama dari tawa itu sendiri. Hingga kita saling terlupa satu sama lain. Hingga kita kelelahan dan tertidur pulas.
Kita sama-sama normal, Reth. Kita ini sama-sama memiliki tujuan yang sama.
Peduli setan dengan Kelana.
Apa aku harus membinasakannya agar kamu berhenti mencintai Kelana ?
Yang emosi,
M. Dennis
