Jika serpihan merah muda ini bisa aku rakit kembali dengan sempurna, ceritanya bisa saja berbeda.
Aku tidak menyesali apa yang sudah terjadi. Namun jika aku bisa kembali pada dimensi lalu, aku tidak akan mengambil keputusan bodoh yang tidak hanya menghancurkanmu. Lebih menghancurkan aku tepatnya.
Mungkin wanita paruh baya itu sekarang paham apa yang aku rasakan tentang kamu. Tapi karenanya lah aku kembali berair dan merasakan kepedihan itu.
Semua memori per slide membaur membentuk sebuah film dokumenter yang akan kembali tersimpan rapi dalam rak saat durasinya berakhir. Setelahnya, cinta itu aku rasakan kembali. Tanpa berkurang kuantitasnya yang begitu besar dan membara.
Lucunya, saat esok pagi aku terbangun…cinta itu lenyap. Imajinasi sukses membuatku terlihat bodoh. Mungkin suatu saat membuatku gila. Atau mungkin sekarang aku sudah gila.