Cuek itu hina kah?

Kenapa cuek suka dihubung-hubungkan dengan kesombongan dan aroganisme??

Kalau tetap cuek menyikapi pengertian yang salah kaprah, justru makin kacau permasalahannya.
Kalau berusaha tidak cuek, terkesan tidak alami karena dibuat-buat. Lawan bicara juga malah jadi canggung dan membosankan. Ah!
Mereka tidak mengerti, padahal orang yang sedikit cuek justru lebih perhatian. Coba aja tes. Kasi saya pertanyaan tentang seseorang yang saya kenal, saya bisa jamin minimal 75% saya bisa jawab secara detail!
Tidak selamanya dalam kebisuan tak ada aktivitas. I'M WATCHING YOU ALL!!

Permasalahan makin kacau, atau terjebak pada suasana membosankan memang sama-sama gak enak. Tapi saya lebih memilih point pertama aja. Gapapa deh, daripada bosan. Susah payah cari bahan pembicaraan untuk mencairkan suasana, etapi tetep aja yang diajak bicara kayak eek. Kita udah nyerah, terus milih cuekkin aja, dia nya uring-uringan. aaaaaaaak. Muter-muter!!
Mending dari awal cuek aja, toh hasilnya sama aja. Lagian udah usaha sok asik, sok perhatian, kepo, banyak nanya2, tetep aja endingnya gak enak.

Udah. Fix, saya memilih untuk........


Inilah saya, dalam kondisi gak sempurna dan gak jelas, mau temenan ya monggo. Gak mau temenan sama saya yaudah. Saya juga gak butuh teman seperti itu. Weks!


This entry was posted on Selasa, 01 Oktober 2013. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers

Blogroll

Protected by Copyscape Web Copyright Protection Software

Popular Posts

Search This Blog