Setelah Menikah, Ayo Tinggal Lepas dari Orang Tua!


Ini salah satu artikel inspiratif bagi saya. Gak sengaja browsing dan nemu ini di sebuah blog pribadi. Saya 99% persen setuju dengan artikel ini. Well, saya sendiri setelah nikah pengennya sih tinggal sendiri gak pake acara numpang-numpang. Namanya orang menikah, membentuk keluarga baru ya harus bisa mandiri lah!Kan romantis ya kalau berdua aja. Lagipula, mertua dan menantu kalau serumah sering konflik. Gak munafik sih, tapi emang sebagian besar memang gitu!
Tapi ya saya gabisa juga memaksakan. Iya kalo si calon mengerti dan sepemikiran dengan saya? Kalo kagak? Minum racun aja ahh biar gak pusing *hahaha kidding*
Atau supaya adil, ya tinggal aja dirumah orang tua masing2. *ide yang konyol*

Sumber tercantum dibawah
----

Bagaimana kehidupan setelah pernikahan? Menyenangkan, menakjubkan, bikin gw bersyukur banget-banget! Bahkan sering banget kita berdua ‘mempertanyakan’, bener nggak sih kita udah nikah, saking masih amazed-nya sama kehidupan baru ini :P
Dari sebelum nikah, kita sepakat untuk tinggal berdua langsung sendiri. Gw ga pernah seumur hidup sebelum nikah tinggal terpisah dari ortu, misalnya untuk ngekos (lah gw sekolah sampe kuliah ga jauh dari rumah kok).

Istri anak terakhir, tapi dia pengen tinggal sendiri dan mertua juga ga masalah, karena hampir semua kakak-kakak ipar memang tinggal deket banget rumah mertua, jadi di sana hampir tiap hari selalu kumpul lagi di rumah.
Akhirnya di sinilah kita, tinggal langsung terpisah dari orang tua kita, mengontrak rumah mungil berwarna hijau, hampir sama dengan rumah kedua pasang orang tua gw. Rumah yang masih bagus, karena baru ditempatin sekali cuma sekitar sebulan sebelum gw tempatin.

Rumahnya petakan, tapi nggak petakan manjang ke belakang. Rumahnya bentuknya “kotak”, jadi lega banget, meskipun luasnya cuma sekitar 40m persegi dengan satu kamar, satu kamar mandi, satu dapur, dan ruang tamu-tengah yang lega. Rumahnya juga memberikan perlindungan privasi dan keamanan yang insya Allah baik, karena letaknya di pojok.
Rumah gw letaknya sekitar 500m dari rumah orang tua gw di Jakarta Selatan, ga jauh dari rumah orang tua gw, memudahkan kalo mau minjem2 barang apaa gitu. Tapi ga deket juga (jalan kaki ya paling nggak kan 5 menit), bikin kita secara praktis sudah nggak tergantung sama orang tua lagi.
Milihnya di sekitar Jaksel, bukan di deket mertua di Jakarta Utara, karena pertimbangan aktivitas kita berdua paling sering ada di sekitar Depok dan Jaksel, jadi terlalu jauh kalo di Jakut.

Manfaat Tinggal Sendiri Setelah Menikah?
Kita udah pernah baca beberapa kali sebelum menikah dari buku-buku “pelajaran” berkeluarga, bahwa lebih baik setelah menikah itu tinggal sendiri, langsung terpisah dari orang tua. Itu juga yang jadi dasar kita memilih tinggal sendiri.
Setelah ngejalanin tiga bulan, kita mengalamin sendiri, berbagai manfaat tersebut. Gw coba share ya, mudah-mudahan bisa menginspirasi :)

#1 Kita jadi lebih mandiri, karena survival-nya hidup kita ada di tangan kita. Secara praktis, semua hal A-Z dalam hidup kita harus diurus sendirian (berdua ding), tanpa mengandalkan orang lain.
Dengan melepaskan ketergantungan dengan orang lain (orang tua, dalam kasus ini), kita juga bisa cepat belajar jadi orang tua yang kuat, yang bisa digantungkan hidupnya nanti oleh anak-anak.

#2 Dikenal tetangga atau lingkungan sosial sebagai diri kita sendiri, bukan “anaknya bapak x”. Kita juga lebih pede, karena lepas dari bayang-bayang orang tua kita yang jelas udah lebih dikenal di sekitar itu. Ini akan membawa kepercayaan diri kita untuk bergaul dan beraktivitas di masyarakat ke depannya.

#3 Mengerti susahnya perjuangan orang tua kita dulu, jadi kita bisa lebih bersyukur dan lebih sayang orang tua. Cara berempati yang paling akurat dengan orang lain ya dengan berada di posisi orang lain itu. Dan ternyata rasanya seperti ini ya, menjadi papah-mamah 20 tahunan lalu dan bapak-mama (mertua) 30 tahunan lalu! Dengan ini, kita jadi bisa lebih bersyukur dan lebih ingat untuk mendo’akan mereka berdua.

#4 Kita berdua jadi ‘terpaksa jago’ ngerjain berbagai kerjaan rumah. Yang istri jadi ‘terpaksa’ masak tiap hari, yang suami jadi ‘terpaksa’ punya kemampuan nukang, pokoknya kita berdua dipaksa ngurusin rumah biar tetap enak ditinggalin. Dulu mungkin bagi-bagi dengan saudara kandung yang lain, sekarang semua sendiri.
Istri gw tadinya hampir nggak pernah masak waktu masih single. Begitu udah nikah dan dapet kado kitab 1.000 lebih resep masakan, tiap hari cobain menu baru, wuah, manteb sekarang masakannya! :D
Gw yang hampir ga pernah ‘nukang’, minggu kemarin motong-motong kawat kasa nyamuk dan masang di kusen pintu dan jendela rumah! Buat pasangan yang waktu jomblonya dulu biasa ‘dimanjain’, tinggal sendiri setelah nikah dan ga bisa punya asisten rumah tangga dulu, wah, ‘neraka’ dunia tuh hehe.

#5 Bikin pasangan suami istri makin cuintaaa. Halah :P. Tiap hari berduaan aja tanpa ada orang yang mengganggu, tiap hari berkomunikasi, tiap hari ‘berantem’, tiap hari ada hal baru yang diketahui dari pasangan, tiap hari ada inspirasi yang ditularkan ke pasangan, tiap hari melepas dan menerima rasa sayang, ya jangan heran kalo makin cuinta, huehehe..

#6 Makin mengerti arti PROSES dan KERJA KERAS, bukan cuma menikmati hasil. Orang tua kita sekarang punya rumah, kendaraan, perabotan rumah tangga yang banyak. Emangnya itu semua instan dapetnya? Itu hasil kerja keras mereka berpuluh-puluh tahun!
Kalo masih tinggal sama orang tua, kita pasti masih pake semua fasilitas tersebut (setidaknya sebagian besarnya). Kalo udah tinggal sendiri, kulkas ga punya, mesin cuci ga punya, TV ga punya, motor pun belum mulai nyicil, rumah apalagi. Kita jadi termotivasi untuk bekerja keras, bersabar, menghargai proses, dan menunda menikmati kesuksesan untuk kesuksesan lain yang lebih besar nanti.
Tapi ada pasangan-pasangan yang tetap tinggal dengan orang tua setelah menikah. Itu jadi pengecualian, untuk alasan-alasan yang biasanya seperti ini:
  • Kita anak terakhir, dan semua kakak kita sudah tinggal sendiri. Atau anak satu-satunya, jadi orang tua pengeeen banget tetep ada yang nemenin mereka di rumahnya. Biasanya anak perempuan nih.
  • Misalnya ga masalah buat orang tua kita buat kita tinggal sendiri, tapi kita pengen banget ngerawat dan ngejagain mereka di hari tua mereka.
  • Atau misalnya anaknya adalah tulang punggung keluarga, yang masih harus menanggung biaya hidup orang tua dan adik-adiknya yang lebih kecil darinya.
Ridho orang tua comes first dari semua manfaat tinggal sendiri di atas, karena berkahnya orang tua yang ridho sama kita itu tak terbayangkan efeknya sama hidup kita :)
Orang tua gw punya prinsip, yang bener-bener baru gw denger setelah menikah ini: pisang itu bakal tumbuh subur kalo dipisahin dari induknya. Tahu pohon pisang kan, yang berkembang biak dengan tumbuh tunas pohon barunya di samping pohon induknya. Ternyata, tunas baru pisang itu akan tumbuh dengan cepat, lebat, dan berbuah subur kalau tunasnya dipotong, dipindahin dari samping induknya!
Artinya, anak akan lebih cepat berkembang hidupnya kalau sudah tidak bergantung dengan orang tuanya! Waw, amiiin! Sebisa mungkin, usahain untuk punya paradigma “hidup harus terpisah dengan orang tua setelah menikah”, seberapapun sulit hidup kita. Jadi, kalo nggak ada pengecualian, setelah menikah, mari tinggal sendiri, lepas dari orangtua! :)

sumber : di sini

This entry was posted on Minggu, 21 Desember 2014. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Followers

Blogroll

Protected by Copyscape Web Copyright Protection Software

Popular Posts

Search This Blog