".....Cause the hardest part of this, is leaving you...."
My Chemical Romance - Cancer
Langkah kaki ini enggan untuk beranjak. Bergeser pun tidak pernah terpikirkan olehku.
Dengan mantap aku berdiri, mengharap Jareth berbalik arah dan menghampiriku.
Seperti biasa, di mataku ia wanita luar biasa. Ia penyendiri dan jarang bergaul. Namun tidak ada seorangpun yang tidak mengenalnya di sekolah ini. Banyak orang yang ingin mendekati dia, mengenalnya lebih dekat. Tapi dia memilih menghindar dan menikmati kehidupannya sendiri. Sosoknya yang terkesan sering bersembunyi dibalik keramaian.
Aku memang pengagum beratnya, sampai akupun tahu banyak tentang dia, tanpa pernah saling bertegur sapa.Walaupun wanita itu cukup misterius bagiku, untuk mencari tahu latar belakangnya sangat mudah. Itulah keahlian seorang secret admirer dan stalker sejati. Yang mahir dalam jurus menguntit.
Ya, ternyata benar
Namun ada satu hal yang dari dia yang memang harus aku tahu. Sedikit kecewa memang.
Satu-satunya laki-laki yang dikejar disini hanya satu.
Satu-satunya laki-laki yang dihampirinya hanya satu.
Satu-satunya laki-laki yang mengalihkan perhatiannya hanya satu.
Aku tahu bahwa Kelana, bajingan homo itu telah menghancurkan hati nya. Dari awal aku sudah merasakan bahwa Kelana berbeda. Cinta sukses membutakan mata hati nya. Keduanya sungguh bodoh! Kelana yang dianugerahi Tuhan dengan dicintai oleh nya dan dia yang dianugerahi Tuhan dengan dicintai olehku, Dennis. Tak pernah menyadari dan mensyukurinya.
---
Sekolah ini memiliki tempat keramat yang ditakuti oleh murid-murid. Tidak ada seorangpun yang berani melewati lorong sempit diantara gudang dan kelas yang tak terpakai. Aku tahu dia ada ditempat itu, salah satu tempat favoritnya. Dasar, wanita aneh. Kutelusuri lorong sempit itu dan memasuki sebuah tempat kosong diakhir lorong dengan tembok besar yang membatasi sekolah ini dari lingkungan luar.
Lagi-lagi dia menangis. Pasca kejadian itu, ketika aku membuntutinya ke sebuah apartemen dan melihat sesuatu, Ternyata Kelana... Hem. Sudahlah.
Sekarang aku bingung harus bagaimana. Mungkin ini satu-satunya kesempatan untuk bisa berbicara dengannya, ya..walaupun dalam situasi yang tidak mengenakkan.
Sial, aku mati kata. Ini pertama kalinya aku akan menegurnya. Jantungku berdegup kencang sampai sampai aku bisa melihat seragam sekolahku bergerak karena organ dalamnya berdetak. Dahi dan telapak tanganku berkeringat.
"Sehat, Reth?" Sapaku garing.
"Maaf kamu siapa? Ngapain ada disini?"Tanya dia sedikit terkejut.
Ah dia sama sekali tidak mengenaliku, padahal kelas kami bersebelahan.
"Kamu tidak perlu tahu siapa aku. Cukup aku yang tahu banyak tentang kamu, Reth"
"...................." Suasana hening. Diam seakan tidak tertarik dengan obrolan macam ini.
"Reth, maaf kalo aku lancang ya. Aku cuma mau bilang, Untuk apa kamu menangisi sesuatu yang memang sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Toh apapun masalahmu, tidak akan mengembalikan keadaanmu seperti semula meski kamu menangisinya. Kamu harus membuka diri, Reth. Memulai hidup baru, lembaran baru dan mencoba melihat dunia luar yang lebih asyik. Jangan biarkan dirimu makin terpuruk seperti ini."Kataku, pura-pura tidak tahu masalahnya dengan Kelana.
"Maaf sepertinya kamu salah orang",Ujarnya.
"Maksudnya?"Tanyaku penasaran.
"Ya kamu salah orang. Aku tidak sedang menangisi masalahku. Sudah cukup aku menangisinya. Dan saat ini aku bahagia karena Tuhan telah memerintahkanku untuk berhenti menjalani ujian-Nya dan aku lulus lebih awal."Ungkapnya tersenyum sambil menyeka air matanya.
Menangispun senyumnya masih menawan.
"Dari mana kamu tahu bahwa kamu telah lulus?"Selidikku.
"Tentu saja aku tahu. Buktinya, Dia telah memberiku jalan dan banyak alasan yang rasional untuk diyakini. Dan aku sudah yakin sekali."Jawaban dia kurang memuaskan bagiku.
"Tapi, terima kasih masukannya ya. Aku memang harus membuka diri, memulai hidup baru, lembaran baru dan mencoba melihat dunia luar yang lebih asyik. Aku tidak mau terus terpuruk hanya karena sebuah keinginan yang gagal kumiliki. Toh jika aku memilikinya, ujung-ujungnya juga aku akan melepaskannya lagi pada akhirnya."Lanjut nya.
"Kenapa kamu malah melepaskan pada akhirnya?" Tanyaku lagi.
"Memangnya mati bisa bawa semua keinginan kamu?" Ledek dia dengan mimik jahatnya.
Bel istirahat pun berbunyi. Salah. INI BEL PULANG SEKOLAH. Obrolan tadi membuat kami terlupa dan melewati jam pelajaran terakhir. Hahahaha. Kami tertawa bersama. Menertawakan kekhilafan masing-masing.
"Maaf ya. Jadi bolos pelajaran terakhir"
"Ya, gapapa. Sekali-sekali bolos kan gak masalah. hehehe" Jawabku.
---
"Sampai besok Reth"
"Goodbye, nggg.....Dennis. See you someday." Timpal nya setelah melihat nama yang dibordir diseragamku.
Sungguh aku tidak nyaman dengan kata-katanya. Tapi aku berlalu begitu saja, mencoba berpikir bahwa semua akan berjalan normal besok.
Menghilang
Saat terakhir aku bertegur sapa dengannya diawal kebersamaan. Tuhan hanya memperbolehkanku memastikan keadaannya yang baik-baik saja. Yang jelas dia sekarang menghilang dengan damai dan bebas. Tanpa Jejak. Rumahnya tidak berpenghuni, Sekarang aku tidak memiliki senjata untuk mencari tahu. Gelar seorang secret admirer dan stalker sejati tidak lagi kusandang dengan bangga. Jaringan sosial pun dia tidak punya. Dia benar-benar membuka lembaran baru, sesuai kata-katanya kemarin.
“Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan – seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran “
Kahlil Gibran
Perpisahan ini menyakitkan? Tentu saja.Yah, mau bagaimana lagi. Paling tidak aku bisa belajar dari nya tentang arti sebuah kata "Berjiwa Besar". Hmm... Semoga kau bisa menemui kebahagiaanmu dimana kamu berada, Reth. Dan Harapanku yang tersisa, semoga kita bisa bertemu suatu saat nanti. Karena ada banyak hal yang masih belum tersampaikan.
January, 2013
Pohon Singkong